Saya Grace Essing, Mahasiswa Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pasifik di Kabupaten Pulau Morotai, sedikit tambahan bahwa Morotai adalah daerah Kepulauan Di Bagian Utara Maluku, daerah terisolir yang sekarang sedang menjadi sorotan banyak orang karna turut menjadi salah satu destinasi prioritas di Indonesia.
Fakta menjadi mahasiswa di Universitas Pasifik Morotai
Morotai baru saja masuk pada tahap perkembangan,pembangunan baru mulai merangkak, jadi universitas sayapun adalah universitas satu-satunya yang berdiri dimorotai. berikut saya akan bagikan beberapa fakta kecil ketika saya menjadi mahasiswa di Universitas Pasifik Morotai.
Bingung Dengan Istilah-Istilah Akademik
Salah satu fakta ketika saya baru berstatus MaBa (mahasiswa baru) di Universitas pasifik Morotai adalah saya tidak tahu apa itu KRS, KHS, SKS, SP dan semacamnya saya ingat ketika awal perkuliahan dan saya diminta untuk mengisi KRS, saya benar-benar blank dan tidak tau apa itu KRS bagaimana cara mengisinya dan apa kegunaannya. karna yah tau sendiri kan sebelumnya kita disekolah tidak ada sebutan-sebutan itu jadinya bingung deh, tapi untung saja dari pihak kampus telah menyediakan panduan jadi kita tinggal mengikuti petunjuk yang diberikan, meskipun saya pikir semestinya hal-hal seperti itu sangat perlu di sosialisasikan sebelumnya kepada para MaBa pada waktu Ospek agar saat musim kontrak kuliah tiba kita tidak kebingungan lagi karna jujur saja mahasiswa seniorpun masih ada loh yang suka kebingungan mengisi KRS. Its fact !
Ospek Identik Dengan Bullying
Kalau untuk yang satu ini mungkin bukan hanya dikampus saya saja yang ada, karna kita semua tau bahwa bullying sudah menjadi sesuatu yang membudaya diIndonesia ,tapi yang saya sayangkan kenapa aktivitas bullying harus ada dalam ospek.
Ospek yang kita sebut sebagai orientasi pengenalan kampus sebagai prosesi penyambutan kepada calon mahasiswa baru,harusnya menjadi suatu acara yang sehat dan mendidik tapi faktanya ospek justru dijadikan sebagai ajang bullying oleh senior kepada junior,efeknya kita yang berstatus calon mahasiswa yang tadinya antusias untuk merasakan dunia kampus malah ikut terjangkit virus bullying ketika baru saja menjadi mahasiswa,akhirnya karna ambisi ingin melampiaskan ketidaksukaan itu kitapun tetap menjaga ritual itu dan dijadikan budaya untuk dijangkiti ke mahasiswa baru berikutnya, paraaah! padahal sebetulnya masa-masa ospek itu harusnya bisa dimanfaatkan dengan baik agar kekerabatan antar mahasiswa senior dan junior dapat mulai terbentuk.
Semangat Solidaritas yang Tinggi
Hal ini sebenarnya kontradiktif dengan saya,mengapa? karna jujur saja saya ini orangnya introvert, tentu tidak mudah untuk bekerja sama,berkelompok,berbaur dan semacamnya,orang seperti saya cenderung individualis. nah yang jadi masalahnya adalah kebetulan saya ada dalam satu jurusan dengan anak-anak berkarakter idealis (Jurusan Administrasi Negara) yang ciri khasnya tidak lain adalah mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang dinilai tidak pro dengan rakyat dengan cara melalui demonstrasi, mereka sering merekrut basis massa untuk turut bersama-sama agar mencapai tujuan mereka tapi mereka tahu kalau ada salah satu dari anggota mereka yang tidak mau bergabung, yaitu saya. karna itu tidak jarang saya di justice sebagai orang yang individualis, non praktek dan macam-macam deh tapi,,,,c’mon its not very me! bukan tanpa alasan saya menolak itu. saya berprinsip bahwa kita tetap bisa kok menunjukan kepedulian kita kepada masyarakat,tanggap terhadap masalah-masalah sosial disekitar tanpa harus demo-demoan yang menurut saya itu terlalu menguras energi,dan belum tentu ada hasilnya ,maunya saya adalah kita melakukan sesuatu yang konkrit dan ada impactnya. itu kelihatan lebih elegan kan daripada harus berkoar-koar,teriak- teriak sampai “berdarah-darah” tapi kalau ujung-ujungnya anarkis kita juga yang ribet kan.
Tidak Ketinggalan Zaman
Meskipun daerahnya kecil dan berada diujung perbatasan bukan berarti mahasiswa-mahasiswa disini kampungan dan kalah style dengangayaanak-anak metropolitan diluaransana,mereka juga sering ikut trend kekinian dan tetap bisa tampil modis. Mereka juga tidak gaptek dan mampu beradaptasi dengan perkembangan modernisasi.
NO DOSEN KILLER !
Saya cukup beruntung karna bisa kuliah diUniversitas Pasifik Morotai,dosen- dosennya luar biasa baik-baik semua, telat masuk kelas,yo wes silahkan, absen beberapa kali,ok ga papah,,,minta ampun baeknya, hehee… kalau dikampus-kampus lain kan terkenal dengan dosen killer tapi dikampus saya tidak ada yang seperti itu, semua dosen disini caring dengan semua mahasiswa apalagi kita yang cewek pasti sangat diistimewakan deh.. tapi bukan berarti karna disini dosen-dosennya baik trus kita bebas bersyarat yah,,mereka memang jarang marah tapi kalau mereka sudah tidak sabar dengan kita yang malas bikin tugas mereka tetap bisa tegas dan tidak segan-segan untuk memberi nilai Error, jadi dengan begitu kita mahasiswa juga termotivasi untuk lebih giat belajar.
Berprestasi
Salah satu fakta yang bisa dijadikan alasan bahwa Universitas Pasifik Morotai bukanlah Universitas abal-abal adalah prestasi-prestasi yang telah dicapainya, Dikti baru saja merilis hasil peringkat Perguruan-Perguruan Tinggi Indonesia lingkup kopertis wilayah XII Maluku dan Maluku Utara dan Universitas Pasifik berhasil menduduki peringkat ke-11 dari 37 perguruan tinggi yang ada. itu sudah cukup membuktikan bahwa Unipas berhasil memproduksi agen-agen yang berkualitas dan mampu bersaing,dengannya itu kita juga bisa menepis asumsi publik tentang legalitas Universitas yang katanya masih belum jelas sehingga tidak diragukan lagi kalau Universitas pasifik diakui karna prestasi-prestasinya.
Demikianlah tulisan mengenai Universitas Pasifik di Kabupaten Pulau Morotai dan Faktanya. Semoga dengan adanya tulisan ini bisa menambah wawasan dan juga pengetahuan bagi para pembaca, terutama Lulusan SMA/MA/SMK/Sederjat yang ingin melanjutkan pendidikan di Universitas Pasifik. Trimakasih, jangan lupa baca juga tulisan lainnya;