Berbicara tentang nuklir, pasti setiap orang langsung berpikiran tentang bom nuklir, bencana, dan mandul. Tak banyak dari masyarakat yang mengetahui tentang manfaat nuklir itu sendiri.
Nah, untuk di Indonesia sendiri Program Studi (Prodi) Teknik Nuklir ada di Universitas Gadjah Mada untuk jenjang S-I dan ada juga di Sekolah Tinggi Teknik Nukir-BATAN untuk jenjang Diploma-IV. Karena basic saya disini ialah sebagai mahasiswa Teknik Nuklir UGM, saya tidak akan membahas perbedaan kedua jenjang pendidikan tersebut. Disini, saya akan mencoba memaparkan beberapa mindset atau pandangan yang salah kaprah mengenai Teknik Nuklir.
Pandangan Yang Salah Tentang Jurusan Teknik Nuklir
Berikut inilah setidaknya beberapa pandangan yang salah dan harus dibenarkan mengenai Jurusan Teknik Nuklir;
Teknik Nuklir Diajarin Membuat Bom.
Iya, setiap orang yang sudah tau kami (mahasiswa/i) berpendidikan di Teknik Nuklir, pasti selalu saja berpikiran bahwa kami diajari membuat bom. Ini adalah kesalahan besar. Tidak ada satu pun mata kuliah di kurikulum yang standar kompetensinya atau isinya tentang membuat bom.
Kebanyakan dari mata kuliah kami ya sebatas mempelajari tentang pemanfaatan nuklir jalur damai, yaitu untuk pembangkit listrik (PLTN), lingkungan, bahkan medis. Jadi, saya berpesan janganlah anggap kami mahasiswa/i sebagai bibit teroris.
Kuliah di Teknik NuklirĀ Itu Bikin Mandul
Waduh kalau bagian ini nih pertanyaan yang sering dilontarkan anak-anak SMA yang pengin masuk Teknik Nuklir tapi takut gara-gara isu ini. Kemandulan gara-gara terpapar radiasi lah penyebabnya. Jujur, memang kami terpapar radiasi nuklir, tetapi masih dalam batas/dosis normal. Di tahun kedua, kami akan mengikuti Praktikum Deteksi dan Pengukuran Radiasi (1 jam/minggu untuk 6 kali praktikum). Dan di dalam praktikum ini, mau tidak mau setiap mahasiswa/i harus mengambil sumber radioaktif sendiri-sendiri. Otomatis kita akan terkena radiasi.
Tetapi, ini semua masih dalam dosis normal, dimana apabila praktikum sudah selesai, kami tidak diperbolehkan untuk berlama-lama di laboratorium tersebut. Selain itu, aktivitas sumber radioaktif yang digunakan dalam praktikum ini tidaklah sebesar dengan sumber radioaktif untuk bidang medis. Jadi, ya impact radiasinya tidak sebesar apabila untuk bidang medis (misal: terapi kanker).
Bersambung dari poin kedua, mindset salah kaprah selanjutnya ialah wajib menikah di tahun kedua. Dengan alasan mandul ketika berkuliah, maka dianjurkan menikah selama di perkuliahan. Jadi, mindset ini sudah dijelaskan di atas ya. Selain itu, buktinya ialah saya. Saya saja yang sekarang berada pada tahun ketiga masa perkuliahan masih single. Dan beberapa dosen di Teknik Nuklir UGM juga terbukti memiliki banyak putra/i.
Minimnya Pendaftar Perempuan yang di Teknik Nuklir.
Dan ada isu, bahwa mahasiswi teknik tidak bisa dandan dan melulu belajar. Mengapa mindset ini ada? Ya, gara-gara isu mandul sih. Lagi-lagi ini ialah mindset yang salah, terbukti bahwa setiap tahun jumlah mahasiswi Teknik Nuklir bertambah. Terbukti, mulai dari awal adanya teknik nuklir (tahun 80-an), yang jumlah mahasiswinya hanya 1-3 orang, dan untuk tahun ini ada 11 mahasiswi. Untuk bagian tidak bisa dandan, itu tidak sepenuhnya benar.
Kami mahasiswi Teknik Nuklir bisa dandan kok, tetapi ya sesuai situasi dan kondisi. Tidak percaya, ini bukti bahwa kami (mahasiswi Teknik Nuklir) tidak kalah cantiknya dengan mahasiswi fakultas lain. Dan kami juga tidak melulu belajar, kami juga refreshing nonton film, ke pantai, makan-makan dan lain-lain.
Demikianlah tulisan mengenai Teknik Nuklir dan Mindset atau pandangan Orang Indonesia yang Salah Kaprah, semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Adapun penulis dalam artikel ini adalah Diana Fitria Anggraeni . Trimakasih