Siapa yang tidak mengenal kata mahasiswa. Setidaknya banyak orang yang berpendapat mahasiswa adalah sebutan untuk orang yang sedang kuliah di Perguruan Tinggi/ Universitas tertentu. Mahasiswa terdiri dari dua kata, (maha dan siswa) meski sebenarnya mahasiswa tidak bisa diartikan kata perkata, namun ini saya persepsikan dalam artian luas maha adalah besar/ luas dan siswa adalah orang yang sedang menempuh pendidikan jadi mahasiswa adalah orang terdidik yang memiliki pengetahuan, wawasan, pergaulan dan lain-lainnya yang dianggap luas, yang expektasinya mampu menjadi agen of change bagi nusa, bangsa, dan agama.
Akan tetapi realnya bagaimana, apakah expextasi itu mampu diwujudkan oleh mahasiswa?
Seseorang yang berstatus mahasiswa tentunya memiliki peran dan fungsinya masing-masing yang akan membawa perubahan dan kemajuan yang pesat bagi nusa, bangsa dan agama, terutama bagi kampus.
Misalnya, mahasiswa bisa melakukan perubahan langsung sebagai agent of change. Maksudnya mahasiswa bisa mengembangkan dan menyalurkan bakat yang ada dalam dirinya, alih-alih bakat yang mereka salurkan merupakan bakat yang membawa pengaruh besar bagi lingkungannya.
Dan salah satu cara untuk mengembangkan dan menyalurkannya adalah dengan memasuki organisasi yang ada baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Banyak macam-macam organisasi yang tersedia seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), dan masih banyak lagi, akan tetapi apakah banyak juga peminatnya yang mampu bertahan?
Berhubung saya adalah seorang mahasiswa, saya ingin sedikit memberikan fakta yang saya lihat di lapangan. Awal menjadi mahasiswa merupakan langkah yang begitu menantang bukan, tidak hanya menantang pemikiran agar menjadi lebih kritis, tapi semua yang ada di dalam diri ikut tertantang termasuk mental.
Bagi yang mentalnya lemah tentu akan terombang ambing tak tahu arus. Misalnya, dalam memasuki sebuah organisasi, banyak organisasi yang membukĀ pendaftaran, yang biaya masuknya 100.000 rupiah.
Setelah mendaftar dan masuk di dalam organisasi tersebut, satu dua minggu mengikuti kegiatan. Akan tetapi di minggu berikutnya ternyata apa, pada akhirnya banyak yang menyurutkan langkahnya dan ujung-ujungnya tidak lagi aktif dan lebih memilih pasif di kos- kosan. Dan uang 100.000 rupiah terbuang percuma.
Sangat disayangkan sekali bukan, mungkin salah satu penyebabnya adalah organisasi yang di masukinya tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Menurut saya lebih baik tidak masuk dulu sampai anda benar-benar tahu seandainya anda masuk di organisasi itu apakah bakat anda bisa tersalurkan. Penulis dalam artikel ini adalah Azizah Amini yang saat ini menjadi Mahasiswa di IAIN Batusangkar.