Kuliah, Kenapa Tidak?

Kuliah, Kenapa Tidak?

Radar Edukasi- Adalah menjadi idaman dari setiap anak yang sudah menamatkan pendidikannya dibangku SMA atau yang sederajat, agar dia bisa melanjutkan pendidikan itu kejenjang perkuliahan. Hal ini dialami oleh siapa saja dan dari latar belakang apapun.

Bacaan Lainnya

Anak orang kaya, miskin, pejabat, bahkan anak petani sekalipun mereka semua menginginkan agar bisa mengeyam pendidikan di perkuliahan. Sekalipun dari segi ekonomi mereka dikategorikan menengah kebawah, seperti anak orang miskin dan petani itu. Karena secara akal sehat, mereka menginginkan agar kebutuhan sehari-harinya tercukupi dengan cara yang gampang. Bukan banting tulang sana-sini. Lalu apa kaitannya dengan kuliah?

Hari ini untuk melamar pekerjaan, yang menjadi pertimbangan diterima atau tidaknya adalah seberapa banyak ijazah yang dia bawa dalam berkas itu. Bukan pada keahlian yang dimilikinya. Kalau ada dua orang yang melamar pekerjaan misalnya, yang satu lulusan SMP dengan 10 macam keahlian yang dimilikinya, satunya lagi lulusan S1 tetapi dia tidak memiliki keahlian apa-apa, kemungkinan besar yang akan diterima diantara dua orang itu adalah yang lulusan S1. Karena pendidikan akhirnya lebih tinngi daripada yang lulusan SMP itu. Begitulah pertimbangannya hari ini.

Sudahlah kita jangan berbicara ini, karena pekerjaan adalah perkara belakangan. Yang paling penting adalah bagaimana agar pendidikan anak bangsa bisa gemilang. Karena cara mengantarkan Indonesia menuju kesejahteraan bersama, kata Anis Baswedan adalah dimulai dari pendidikan. Artinya semua generasi muda bangsa ini semuanya harus mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.

Di perguruan tinggi cara mendapatkan ilmu tidak seperti dibangku pendidikan sebelum-sebelumnya lagi. Sangatlah berbeda. Jika di bangku sebelumnya para siswa benar-benar di didik, di ayomi, dan di sana Gurulah yang memiliki peranan besar untuk membuat sisiwa-siswanya faham, dibangku perkuliahan tidak seperti itu lagi.

Karena disana keterbatasan jam belajar. Tapi hal inilah yang menarik dan bagus sekali. Disana mereka lebih ditekankan pada baca buku sebanyak-banyaknya, persentasi tiap harinya, diskusi sama teman-temannya, dan riset kemana-mana serta hal lain yang mungkin tidak ada pada bangku sebelum-sebelumnya.

Terkait hal ini, semuanya dikembalikan pada pribadi masing-masing. Karena bisa jadi serang siswa lebih mapan ilmunya dibandingkan mahasiswa itu sendiri, jika diperkuliahan Mahasiswa itu kerjaannya hanya tawuran, tidak pernah membaca buku, diskusi, mengerjakan tugas, dan hanya menyibukkan dirinya dengan penampilan.

Jadi, bagi Mahasiswa hendaknya sering-seringlah membaca buku untuk menambah wawasan, meskipun membaca bukanlah hobinya dan juga memperhatikan lingkungan sekitar, artinya teori-teori yang telah difahami dan dikuasainya untuk diaplikasikan dan dipraktekkan. Agar hal itu tidak terbatas pada teori saja, tetapi lingkungan sekitar juga merasakan kemanfaatannya.

Bagi para siswa lulusan SMA atau yang sederajat dengannya, dan merasa ekonominya rendah dan bahkan menurutnya pendidikan tersebut adalah pendidikan terakhirnya, hal ini salah. Karena keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk melanjutkan pendidikan.

Hari ini pemerintah sudah banyak menyiapkan beasiswa bagi lulusan SMA dan yang sederajat dengannya. Baik didalam ataupun diluar negri. Seperti beasiswa berprestasi, tahfidz, bidikmisi dan masih banyak lainnya. Cukup bagi lulusan tersebut memiliki kesemangatan, keahlian, dan keinginan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. Penulis dalam artikel ini adalah Moh. Warits. Trimakasih.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *