Setiap orang memiliki cita-cita yang berbeda-beda. Cita-cita juga merupakan salah satu alasan seseorang memilih jurusan saat kuliah. Namun selalu ada faktor lain yang mempengaruhi: orang tua, nilai akademik, kemampuan finansial, letak geografis, hingga pertemanan dan lingkungan sosial. Penulis telah menyusun alasan-alasan yang penulis anggap membuat Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menjadi tempat yang tepat untuk kuliah.
Alasan Kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Setidaknya ada 10 hal yang harus kamu jadikan pedoman mengapa memiliki Institut Teknologi Sepuluh Nopember;
Kampus Peringkat 5 se-Indonesia
ITS berada satu strip di bawah UI, mengungguli UNDIP, UNAIR, dan Universitas Brawijaya yang masing-masing berada di peringkat 6, 7, dan 8. Namun mengapa ITS jauh lebih “tidak tenar” dibanding UNDIP, UNAIR, maupun UB merupakan topik lain untuk dibicarakan.
Seleksi Masuk yang Relatif Mudah
Dibanding 4 kampus peringkat di atas maupun di bawahnya, ITS cenderung lebih sedikit pesaing. Dari pengalaman penulis dan hasil ngobrol dengan banyak teman lain, ITS cenderung lebih mudah dimasuki ketika SNMPTN (mungkin karena lebih banyak yang mendaftar ke Bandung). Sedangkan SBMPTN dan jalur Mandiri biasanya lebih sulit (banyak “limpahan” dari Bandung). Bisa juga dilihat dari perbandingan passing grade di internet (walaupun tidak terlalu valid) maupun rasio antara pendaftar dan kuota.
Big Event masing-masing jurusan di ITS juga biasanya meluncurkan FREE PASS bagi juara lomba terkait, khusus untuk jurusan tersebut. Dengan menyertakan free pass tersebut sewaktu SNMPTN lalu memilih jurusan yang diikuti lomba tersebut pada pilihan pertama, maka peserta akan otomatis lulus. Tinggal duduk tenang menunggu pengumuman.
Selain itu, ada kerja sama antara ITS dengan beberapa perusahaan (khususnya BUMN) sehingga dapat direkomendasikan melalui jalur Mandiri. Jadi, tanyakan dulu kepada orang tua siapa tahu terdapat kerja sama dengan ITS.
Biaya Kuliah, Makan dan Tempat Tinggal
Uang kuliah tunggal di ITS relatif lebih murah dibandingkan kampus lain. Paling rendah Rp 500.000,- hingga maksimal Rp 7.500.000,-. UKT tersebut berlaku untuk semua jurusan (kecuali double degree). Terdapat tarif lain yaitu UKT Rp 0,- untuk mahasiswa bidikmisi. Selain tanpa UKT, mahasiswa bidikmisi juga akan diberikan uang saku sebesar Rp 650.000,- per bulan. Serta banyak beasiswa lainnya seperti beasiswa PPA, beasiswa Alumni, dan lain-lain.
Biaya hidup di Surabaya tidak semahal yang dibayangkan. Kampus ITS terletak agak jauh dari pusat kota di bagian Surabaya Timur tepatnya di Sukolilo. Perkampungan di sekitar ITS menyediakan aneka panganan murah, Rp 5.000,- sudah dapat memuaskan (penulis merasakan perbedaan porsi yang cukup besar dengan nasi kucing ala Jogja).
Begitu pula dengan tempat tinggal, rata-rata kos bertarif Rp 500.000,- tergantung tempat dan fasilitas. Bisa lebih murah, bisa juga jauh lebih mahal di apartemen dekat kampus. Untuk mahasiswa bidikmisi bisa tinggal di asrama dengan biaya Rp 2 juta per tahunnya. Bahkan bisa juga gratis bila mendaftar beasiswa rumah pembinaan seperti beasiswa ETOS, beasiswa Rumah Kepemimpinan (dulu bernama PPSDMS) yang menyediakan fasilitas tempat tinggal gratis, bahkan diberikan pembinaan kepemimpinan dan spiritual, plus uang saku.
ITS ECO Campus
Surabaya panas. Tidak begitu di ITS.
Kampus yang rindang membuat ke mana-mana menjadi sejuk. Tidak sedikit yang jalan kaki ke kampus. Sepeda kampus juga dapat dipinjam di tempat peminjaman terdekat. Banyak juga dosen-dosen yang tinggal di perumahan dosen (perumdos) atau sekitar ITS yang ke kampus menggunakan sepeda.
Sebuah contoh yang kadang membuat malu mahasiswanya. Ada juga sih bus kampus, tapi karena jarak antar jurusan yang relatif dekat dan rute yang rindang membuat bus kampus jadi sepi peminat. Ini membuat ITS menjadi kampus paling “hijau” nomor 2 di Indonesia (sumber: http://www.ui.ac.id/berita/ui-greenmetric-umumkan-peringkat-kampus-kampus-hijau-dunia.html).
Lingkungan Sosial dan Spiritual
Surabaya di kalangan masyarakat Jawa Timur terkenal dengan karakternya yang keras. Namun begitu, tetap saja masyarakat Surabaya adalah masyarakat Jawa yang terkenal ramah dan sopan. Di ITS khususnya, mengesampingkan FBMT (Fakultas Bisnis dan Manajemen Teknologi), bebas dari jurusan sosial, politik, filsafat, dll (bagi kalian yang takut tercampur pemikiran “aneh-aneh” bisa tentram). Adat ke-timur-an juga masih kental, termasuk kegiatan-kegiatan keagamaan di masyarakat sekitar kampus.
Jangan takut untuk menyapa bapak-bapak yang lagi ngopi di pinggir jalan, atau mbah-mbah yang sedang berlalu lalang. Mahasiswa ITS di mata mereka merupakan sekumpulan pemuda brilian nan cerdas.
Gratis Produk Microsoft dan Apps Lain
Label “Institut Teknologi” bukan hanya isapan jempol semata di ITS. Resminya seorang mahasiswa baru di kampus ini berarti akses digital yang sangat luas. Menggunakan email mahasiswa, nantinya dapat diklaim lisensi resmi Microsoft dan beberapa aplikasi lainnya seperti Matlab, AutoCad, dan banyak lagi. Belum lagi akses menuju banyak website penyedia e-jurnal baik skala kampus maupun jurusan hingga ke laboratorium.
Wifi Kampus (Hampir) di Mana Saja
Menyambung topik sebelumnya, di ITS hampir seluruh wilayah terdapat sinyal Wifi, dengan kecepatan yang bervariasi tentunya. Mulai dari kecepatan standar beberapa ratus kilo bytes per detik, hingga belasan (bahkan puluhan) mega bytes per detik di beberapa jurusan. Tinggal login menggunakan data mahasiswa dan akses internet 24 jam tersedia gratis.
Kampus Tanpa Jam Malam
Jam malam merupakan momok tersendiri bagi mahasiswa (khususnya mahasiswa teknik). Di ITS walaupun kampus terlihat sepi pada waktu malam, akan tetapi di beberapa laboratorium dan sudut nongkrong kampus masih terlihat aktivitas mahasiswa. ITS buka 24 jam penuh.
Budaya Pengabdian
Acara BEM (ITS Mengajar), kegiatan dari BEM-F, program kerja Himpunan Mahasiswa Jurusan, sampai acara yang diadakan per angkatan jurusan. Belum lagi organisasi lain seperti Lembaga Dakwah, Tim Pembina Kerohanian, dan Unit Kegiatan Mahasiswa, serta Laboratorium, hampir semuanya memiliki kegiatan pengabdian masyarakat.
Jadi walaupun di tengah kesibukan yang melanda kampus teknik, selalu diajarkan untuk merakyat dengan warga sekitar kampus. Salah satu atmosfer yang menurut penulis patut diacungi jempol sebagai usaha penyetaraan kesejahteraan dan pendidikan.
You’ll Never Walk Alone
Seperti di kebanyakan kampus lainnya, mahasiswa di ITS akan mengalami ospek. Namun satu hal yang sangat mendalam penulis rasakan adalah nilai-nilai kebersamaan yang ditanamkan semasa ospek. Bagaimana individualitas akan menjadi minoritas di ITS. Bagaimana tolong menolong selalu ditanamkan sejak awal menjadi mahasiswa.
Bagaimana ketika salah seorang terkena musibah, secara spontan puluhan hingga ratusan suara datang menolong. Teman di kala sedih dan senang akan disediakan, tinggal pribadi yang memutuskan.
Apapun pertimbangannya, yang jelas lingkungan juga berpengaruh besar pada proses pendidikan di kampus. Tidak hanya tentang pengetahuan, namun juga cara dan pola berpikir yang terasah. Pada akhirnya semuanya dikembalikan lagi ke cita-cita dan passion yang dimiliki calon mahasiswa.
Demikianlah tulisan mengenai Alasan Kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang ditulis oleh M Ashobta Azry salah satu Mahasiswa ITS angkatan Tahun 2016. Semoga dengan adanya informasi ini dapat memberikan wawasan dan juga pengetahuan bagi segenap pembaca. Trimakasih.
Mantab artikelnya gan