Mahasiswa Fakultas Ushuluddin di Lingkungan PTKI: Antara Ketakjuban dan Peminat

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin di Lingkungan PTKI

Radar Edukasi- Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, atau biasa disingkat PTKI, merupakan perguruan tinggi yang dalam segala aspeknya dilandasi nilai-nilai keislaman. Di PTKI ada beragam fakultas. Salah satunya adalah Fakultas Ushuluddin. Dalam Fakultas Ushuluddin ada jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir, Ilmu Hadis, Aqidah dan Filsafat Islam, dan lain-lain yang berkaitan dengan dasar-dasar agama Islam.

Bacaan Lainnya

Fakultas Ushuluddin

Posisi Fakultas Ushuluddin di lingkungan PTKI diibaratkan sebagai jantung. Bagaimana tidak? Secara definitif saja, Ushuluddin berarti dasar-dasar agama. Bisa dibilang, tanpa fakultas ini, perbedaan PTKI dengan kampus-kampus lain tidak akan terlalu kentara.

Fakultas Ushuluddin-lah yang hanya dimiliki oleh PTKI. Kalau di PTKI ada Fakultas Tarbiyah, di kampus lain juga punya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Kalau di PTKI ada Fakultas Syariah, di kampus lain juga punya Fakultas Hukum.

Perbedaannya terletak pada tambahan perspektif keislaman di PTKI, sedangkan di kampus lain tidak demikian. Di lingkungan PTKI, mahasiswa Fakultas Ushuluddin mempunyai kekhususan tersendiri di mata mahasiswa fakultas lainnya.

Entah kenapa, misalnya saya dulu, ketika ditanya “Kamu mahasiswa jurusan apa?”, kemudian saya jawab Tafsir Hadis, biasanya si penanya merespon dengan bilang “Wihhh..!!” dan ekspresi lain yang semacamnya. Begitu pula dengan mahasiswa jurusan lainnya yang terdapat di Fakultas Ushuluddin.

Peminat Fakultas Ushuluddin

Dilihat dari segi peminat, sebagai fakultas yang mahasiswanya biasa dipandang menakjubkan, biasannya malah sebaliknya. Entah kenapa jumlah mahasiswa Fakultas Ushuluddin lebih sedikit ketimbang jurusan-jurusan lainnya. Entah karena prospek lulusannya atau kesulitan materi perkuliahan, semuanya tak bisa dijadikan alasan yang bisa diterima.

Ada apa dengan Ushuluddin coba? Secara bidang akademik, apa yang dipelajari oleh mahasiswa Fakultas Ushuluddin memang sesuatu hal yang mendasar, yang oleh karena itu menjadi sulit, juga menguras pikiran. Rumit memang iya. Sulit juga iya.

Tapi perkara kesulitan, tiap jurusan juga masing-masing punya. Perkara menguras pikiran, mahasiswa matematika misalnya, juga berpusing-pusing dengan angka. Secara prospek, di zaman sekarang ini, latar belakang pendidikan tidak banyak menentukan nasib lulusannya.

Toh banyak juga lulusan jurusan lainnya yang menjadi pengangguran. Karena, perkara menganggur atau tidak itu persoalan masing-masing orang dalam memilih pekerjaan meskipun itu tidak sesuai dengan bidang jurusannya.

Sedangkan ilmu itu sendiri bisa bermanfaat dengan bentuk pengamalan lainnya. Secara lingkungan, mahasiswa Fakultas Ushuluddin memang cenderung lebih bebas daripada fakultas lainnya. Tak jarang kita menemukan mahasiswa yang gondrong, pakai Jeans, pakai kaos atau bahkan pakai sendal.

Bukan hanya mahasiswa, ada beberapa dosennya pun yang demikian. Tapi lingkungan yang cenderung bebas juga tidak menjadi alasan untuk sebuah ketakjuban. Toh kalaupun mahasiswanya tidak gondrong misalnya, mahasiswa lain tetap bilang “Wihhh..!!”.

Masih menjadi misteri kenapa mahasiswa Fakultas Ushuluddin menakjubkan di mata mahasiswa fakultas lain. Masih belum benar-benar bisa dipahami juga kenapa jurusan-jurusannya memiliki lebih sedikit peminat ketimbang jurusan-jurusan di fakultas lain. Ambivalen. Mahasiswanya ditakjubi, tapi jurusannya kalah peminat. Penulis dalam artikel ini adalah Eka Tresna Setiawan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *